Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas IV Kalianget Azwar Anas, S.H., M.Hum menghimbau kepada seluruh Pegawai KSOP Kelas IV Kalianget untuk senantiasa mengambil hikmah terhadap ajaran-ajaran dan peristiwa-peristiwa agama. Tidak terkecuali peristiwa Isra’ Mi’raj yang sebentar lagi akan disongsong untuk diperingati. Beliau berpesan agar momen Isra’ Mi’raj tahun ini tidak hanya berlalu begitu saja sebagai hari libur nasional, tetapi dapat menjadi pengingat tentang perjuangan dan kesabaran Nabi saw dan balasan bagi orang-orang yang sabar. “Kepada semua pegawai KSOP Kelas IV Kalianget, tidak terkecuali diri saya pribadi, mari jadikan peringatan Isra’ Mi’raj tahun ini sebagai momentum memantik kembali kecintaan kepada Nabi Besar Muhammad saw dan menjadikan perjuangan dan kesabaran beliau sebagai teladan agung bagi kita semua”.
Isra’ Mi’raj adalah peristiwa agung nan suci yang dialami oleh manusia pilihan Nabi Besar Muhammad saw. tidak ada yang diragukan bahwa peristiwa Isra’ (perjalanan Nabi saw di malam hari dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsha di Palestina) dan Mi’raj (naiknya Nabi saw dari Masjidil Aqsha ke Sidratul Muntaha di langit ketujuh) merupakan bentuk kasih Allah Swt terhadap utusan-Nya yang mulia.
Berdasarkan pendapat yang populer di kalangan ulama, Isra’ Mi’raj terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-12 kenabian. Dengan tahun-tahun sebelumnya dilalui Nabi dalam berbagai cobaan kesedihan. Paman nabi Abu Thalib meninggal pada tahun ke-10 kenabian. Dua bulan kemudian disusul oleh istri tercinta Nabi saw Siti Khadijah. Tentu meninggalnya kedua penyokong dakwah nabi tersebut menjadi pukulan hebat kepada Nabi Muhammad saw dalam menjalankan misi-misi dakwahnya.
Karena itu untuk meneguhkan hamba-Nya, Allah Swt memperjalankan Nabi Muhammad saw sebagaimana tertulis dalam QS. Al-Isra’ 17:1 “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah kami berkahi sekelilingnya agar kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
Dalam buku karangan John Renerd yang berjudul “In The Footsteps of Muhammad: Understanding the Islamic Experience”, mengatakan bahwa Isra’ Mi’raj adalah salah satu dari tiga perjalanan penting Nabi saw selain Hijrah ke Madinah dan Haji Wada di Mekkah. Perjalanan Isra’ Mi’raj menjadi puncak pengalaman perjalanan spiritual Nabi Muhammad saw. Karenanya, kita sebagai umatnya sudah sewajarnyalah memperingati dan mengambil hikmah dari peristiwa itu.
Dr. Jalaluddin Rakhmat berkomentar mengenai momen Nabi saw ‘berjumpa’ dengan Sang Khalik. Ketika bertemu dengan Sang Pencipta, Nabi saw dengan penuh hormat berkata “Attahiyatul mubaarakaatush shalawatuth thayyibaatu lillah”; “Segala penghormatan, kemuliaan, dan keagungan hanyalah milik Allah saja”. Allah Swt membalas “Assalamu’alaika ayyuhan nabiyu warahmatullahi wabarakaatuh”. Salam ini kemudian menjadi bacaan shalat wajib lima waktu umat islam.
Maka sudah menjadi kewajaran apabila umat muslim merindukan dan ingin bertemu Tuhannya ia bisa menunaikan shalat dan berbincang-bincang kepada-Nya sebagaimana perbincangan Nabi saw di atas.
Peristiwa Isra’ Mi’raj yang diyakini oleh umat Islam, tentu memiliki pertanyaan dan hikmah di balik jawabannya. Salah satu pertanyaan itu adalah mengapa dalam peristiwa Isra’ Mi’raj, Nabi ‘dimampirkan’ dulu ke Masjidil Aqsha? Kenapa tidak dari Masjidil Haram naik langsung ke Sidratul Muntaha di langit ketujuh? Hikmah jawabannya, karena Nabi Muhammad saw adalah satu-satunya nabi dari golongan Ibrahim a.s. yang berasal dari Ismail a.s., sedang nabi lainnya berasal dari Ishaq a.s., Nabi Muhammad saw berdakwah di Mekkah sedangkan nabi-nabi lain berdakwah di sekitar Palestina. Kalau dibiarkan saja, orang lain akan menuduh bahwa Muhammad saw sebagai nabi yang tidak ada hubungannya dengan ‘golongan’ Ibrahim a.s. Dan merupakan nabi sempalan. Umat islam tidaklah melihat seseorang dari asal-usulnya melainkan dari ajaran-ajarannya.
Kedua, kenapa Allah Swt memperjalankan hamba-Nya? Hikmahnya adalah bahwa Allah Swt ingin memperlihatkan sebagian tanda-tanda kebesaran-Nya secara langsung kepada Nabi saw. Dimana pada saat itu dakwah Nabi saw dalam masa penuh kesulitan dan duka cita. Dengan peristiwa itu, Allah Swt ingin menunjukkan bahwa Allah Swt sama sekali bukanlah tidak memperhatikan kesulitan-kesulitan hamba-Nya. Allah Swt selalu mendengar setiap kesedihan baik yang dimunajatkan ataupun tidak dimunajatkan kepada-Nya.
Dalam konteks sebagai insan perhubungan, hikmah Isra’ Mi’raj dapat dimanifestasikan ke dalam sektor transportasi sebagaimana butir-butirnya yang tertuang dalam 5 (lima) Citra Manusia Perhubungan. Bilamana Allah Swt mengetahui kesedihan-kesedihan Nabi-Nya dan kebutuhan-kebutuhannya, dimana selayaknya orang yang sedih tentu memiliki kebutuhan akan penghiburan dan Allah pun ‘menghiburnya’, begitu pula insan perhubungan di sektor transportasi, harus memahami apa kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan oleh masyarakat dan sebisa mungkin mewujudkannya dengan tetap berada dalam koridor-koridor yang digariskan. Citra kedua yang berbunyi “Tanggap terhadap kebutuhan masyarakat akan pelayanan jasa yang tertib, teratur, tepat waktu, bersih dan nyaman”, harus benar-benar dipahami dan menjadi pedoman dalam menjalankan tugas-tugas sehari-hari. Orientasi Pelayanan Masyarakat harus dikedepankan dalam menyongsong paradigma New Public Services untuk menciptakan Good Governance di sektor perhubungan.
Citra ketiga manusia perhubungan “Tangguh menghadapi tantangan”, sejalan dengan ketangguhan Nabi saw dalam melaksanakan tugas. Sebelum peristiwa Isra’ Mi’raj orang-orang terdekat Nabi saw yang mendukung perjuangannya silih berganti meninggal dunia. Sementara tekanan orang-orang kafir semakin hebat. Semua kesedihan dan tekanan itu tidak lantas membuat Nabi saw lemah, malah semakin membulatkan tekad dan menumbuhkan ketangguhan dalam mengemban amanah dari Allah Swt. ketangguhan itulah yang patut ditiru oleh segenap insan perhubungan, dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat hendaknya dilakukan dengan ikhlas tanpa pamrih semata-mata karena tugas dan mengharapkan keridhaan Tuhan Yang Maha Esa.
Semoga peringatan isra’ mi’raj tahun ini akan menjadi tonggak pengingat yang senantiasa mengajak menebarkan kebaikan-kebaikan dalam mengarungi tahun 2025 ini, sehingga memberikan dampak kepada kita semua untuk selalu berbuat baik di kehidupan pribadi dan berjiwa bersih melayani di kehidupan sosial sebagai abdi negara insan perhubungan