Jumat, 14 Maret 2025

GELAR WORKSHOP MANAJEMEN BIOFOULING UNTUK KAWASAN ASIA PASIFIK, KEMENHUB APRESIASI PERAN WIMA INA DI FORUM MARITIM INTERNASIONAL


Share :
664 view(s)

JAKARTA (14/3)* - Kementerian Perhubungan Cq. Direktorat Jenderal Perhubungan Laut mengapresiasi peran aktif Asosiasi Women in Maritime Indonesia (WIMA INA) di dunia maritim Indonesia, khususnya keterlibatannya pada forum-forum maritim Internasional.

Sekteraris Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Lollan mengungkapkan, WIMA INA memainkan peran penting dalam mendukung peran Perempuan di bidang maritim, membangun kembali dan meningkatkan budaya maritim di Indonesia, serta memberdayakan perempuan di sektor maritim melalui pelatihan, pendampingan, dan kegiatan sosial.

Lollan juga mengapresiasi keterlibatan WIMA INA dalam mengangkat peran Perempuan Indonesia di dunia maritim pada forum Internasional, salah satunya dengan Workshop Manajemen Biofouling untuk Kawasan Asia Pasifik, yang diselenggarakan dengan bantuan dan dukungan pembiayaan dari International Maritime Organization (IMO), Global Environment Facility (GEF), serta United Nations Development Programme (UNDP) di Hotel Truntum, Bali pada Kamis (13/3).

Workshop ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Global Project Task Force Meeting of the Glofouling Partnership ke-3 (GPTF-3) yang diselenggarakan di bawah kerangka kerjasama GEP-UNDP-IMO-Glofouling Partership Project.

“GPTF-3 ini merupakan puncak dari serangkaian pertemuan dan kegiatan yang dilaksanakan di bawah kerangka Glofouling Partnership Project sejak tahun 2018. Kegiatan ini dihadiri oleh sekitar 70 peserta asing terdiri dari perwakilan 26 negara dan lebih dari 10 organisasi internasional, serta ditambah dengan peserta nasional,” terang Lollan.

Sementara itu, pada sambutan selamat datang yang disampaikannya di pembukaan Workshop, Sekretaris Jenderal WIMA INA, Tresna Pardosi menekankan kesetaraan gender dan pemberdayaan Perempuan di dunia maritim. 

Tresna mengatakan, sektor maritim secara historis merupakan tempat kerja yang didominasi oleh laki-laki. Pandangan bahwa perempuan tidak cocok untuk bekerja di kapal telah menyebabkan stereotip dan pembatasan kesempatan bagi perempuan untuk mengejar karier di industri ini.

“Perlu dicatat, bahwa saat ini jumlah perempuan kurang dari 2% dari seluruh pelaut yang bekerja secara global. Berdasarkan angka tersebut, tampaknya kita masih membutuhkan banyak kerja keras untuk mencapai kesetaraan gender di bidang ini,” ia menekankan.

Untuk itulah, Tresna menyampaikan ucapan terima kasih kepada IMO, yang telah membentuk platform yang menurutnya sangat bermanfaat dan berwawasan. 

“Saya senang bahwa hari ini kita berada di sini untuk membahas berbagai topik tentang perempuan di bidang maritim. Workshop ini menekankan pada pembahasan tentang pengarusutamaan gender di sektor maritim, khususnya dalam pengelolaan biofouling, hingga peran perempuan dalam sains, teknologi, rekayasa, dan matematika (STEM). Selain itu, Workshop ini juga menyoroti isu-isu substansial relevan lainnya seperti bias budaya dan asumsi tentang peran gender, tantangan dan peluang pekerja perempuan di industri maritim, dan bagaimana laki-laki dapat berkontribusi pada pengarusutamaan gender,” ujarnya.

Menurut Tresna, IMO telah menunjukkan komitmen dan dukungan berkelanjutan dalam mempromosikan keberagaman gender dan pemberdayaan perempuan, khususnya di negara-negara berkembang. 

“Sebagai organisasi maritim di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), IMO telah memainkan peran penting dalam mewujudkan Tujuan 5 Agenda PBB untuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 2030, mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan anak Perempuan,” katanya.

Tresna mengungkapkan, banyak hal yang telah dilakukan IMO dalam mendukung kesetaraan gender, antara lain mendorong partisipasi perempuan dalam setiap program pelatihan dan proyeknya, membentuk asosiasi maritim bagi perempuan di seluruh negara, menetapkan 18 Mei sebagai Hari Internasional untuk Perempuan di Maritim, memberikan Penghargaan Kesetaraan Gender IMO, dan membantu Negara-negara Anggotanya dalam mengoptimalkan keterlibatan perempuan di sektor maritim.

Lebih lanjut, Tresna mengatakan, bahwa Komunitas Maritim Internasional telah bergerak bersama untuk memperjuangkan kesetaraan dan inklusi gender dalam industri pelayaran global. Hal ini menurutnya sejalan dengan tema Hari Perempuan Internasional 2025, “Accelerate Action,” yang dirayakan pada 8 Maret 2025 lalu. 

“Tema tersebut menyerukan peningkatan momentum dan urgensi dalam menangani hambatan dan bias sistemik yang dihadapi perempuan, baik dalam lingkup pribadi maupun profesional, untuk mempercepat laju kemajuan keseimbangan gender di seluruh dunia,” jelas Tresna.

Ia yakin bahwa digitalisasi, kemajuan teknologi, dan upaya keberlanjutan maritim yang didorong saat ini akan membuka jalan bagi perempuan untuk mengembangkan karier di sektor maritim. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran, komitmen, dukungan, dan kolaborasi dari semua pihak untuk mewujudkan terciptanya sistem kesetaraan gender yang berkelanjutan di industri khusus ini.

“Oleh karenanya, pada kesempatan ini, saya mengajak semua perempuan yang bekerja di bidang maritim untuk dapat membuat perubahan positif di tempat kerja dan menginspirasi orang lain untuk menciptakan lingkungan yang bebas hambatan. Saya percaya bahwa melalui kolaborasi intensif lintas gender, sistem kesetaraan gender yang berkelanjutan di seluruh industri pelayaran kemungkinan besar akan tercapai di masa mendatang,” tukasnya. (MYN/JOE/AK)

  • berita




Footer Hubla Branding