PELABUHAN AMURANG
Amurang Berasal Dari Kata Amoer Sebuah Sungai Di Daerah Manchuria. Ketika Portugis Menginjakkan Kakinya Di Sulawesi Utara Sekitar Tahun 1500-an, Mereka Melihat Kekayaan Alam Di Daerah Minahasa Selatan Ini Berupa Rempah-rempah. Keberadaan Pelabuhan Amurang Sudah Ada Sejak Era Pra-kolonial, Menjadi Saksi Bisu Perdagangan Rempah-rempah Yang Ramai Di Kawasan Ini. Buktinya, Terdapat Benteng Amurang Yang Didirikan Pada Abad Ke-16 Oleh Portugis, Kemudian Dikuasai Spanyol Dan Belanda, Yang Menjadi Pusat Perdagangan Dan Militer Di Masa Lampau.
Pelabuhan Amurang Telah Beroperasi Dengan Memanfaatkan Teluk Amurang Sejak Datangnya Bangsa Portugis Tersebut Sehingga Kantor Syahbandar Lama Dibangun Tepat Berada Di Dekat Benteng Portugis Di Amurang.
Sebelum Tahun 2010, Pelabuhan Amurang Berada Di Bawah Naungan Pelabuhan Belang. Namun, Seiring Dengan Perkembangan Dan Pembangunannya Di Tahun 2010, Pelabuhan Amurang Bertransformasi Menjadi Pelabuhan Regional, Dan Pelabuhan Belang Pun Menjadi Wilayah Kerjanya.
Pada Tahun 2010, Pembangunan Awal Dimulai Dengan 1 (satu) Dermaga. Kemudian, Di Tahun 2016, Pengembangan Pelabuhan Kembali Dilakukan, Menghasilkan Total 2 (dua) Dermaga Yang Beroperasi Hingga Saat Ini.
Perubahan Status Dan Pengembangan Infrastruktur Ini Menandakan Peran Penting Pelabuhan Amurang Dalam Mendukung Perekonomian Regional.Pelabuhan Amurang Terletak Di Jalan Trans Sulawesi - Kabupaten Minahasa Selatan, Provinsi Sulawesi Utara Pada Koordinat 1ᵒ11’55.0’’ LU Dan 124ᵒ33’07.0’’ BT .
Pelabuhan Amurang Beroperasi Dalam Penyelenggaraan Angkutan Barang Di Laut Berupa Kegiatan Bongkar Dan Muat Seperti Alat Berat, Tiang Pancang, Semen, Dan Pasir. Untuk Barang Seperti Alat Berat Proses Bongkar Secara Langsung Melalui Kapal LCT Dari Jakarta, Makassar Dan Balikpapan, Untuk Semen Alat Bongkar Muat Menggunakan Crane Dari Kapal Dibantu Tenaga Kerja Bongkar Muat Yang Ada Dengan Kapal Cargo Ukuran 3.000 DWT.
Pelabuhan Amurang Juga Mendukung Kegiatan Tiga Terminal Khusus Yang Beroperasi Dalam Rangka Penyaluran Gas Subsidi Dengan Kapal Tanker Dari Balikpapan Ke Wilayah Sulawesi Utara Dan Gorontalo, Pelayanan Bongkar Muat Batu Bara Dari Balikpapan Serta Samarinda Dengan Kapal Tongkang Ukuran 10.000 DWT Guna PLTU Sulut, Juga Logistik Kopra Dengan Kapal Cargo Ukuran 3000 DWT Dari Sulawesi Tengah Dan Sulawesi Tenggara, Serta Ekspor Minyak Kelapa Menggunakan Kapal Tanker Ukuran Di Atas 10.000 DWT Dari Amurang Menuju Singapura, Malaysia, Philipina Dan China.
Kehadiran Pelabuhan Amurang Membawa Perubahan Signifikan. Berbagai Lapangan Pekerjaan Baru Terbuka Di Bidang Maritim, Logistik, Dan Perdagangan. Hal Ini Meningkatkan Pendapatan Masyarakat, Terutama Bagi Mereka Yang Bekerja Di Pelabuhan Dan Sektor Terkait. Tumbuhnya Usaha Kecil Dan Menengah (UKM) Di Sekitar Pelabuhan Juga Mendorong Perekonomian Daerah. Meningkatnya Investasi Di Daerah Tersebut Turut Mempercepat Pembangunan Infrastruktur Seperti Jalan, Jembatan, Dan Pelabuhan. Dampak Positif Juga Terlihat Di Bidang Sosial Dengan Meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat, Mobilitas Masyarakat Semakin Lancar Juga Interaksi Sosial Dan Budaya Antar Daerah Pun Semakin Aktif.
Dampak Utama Pelabuhan Amurang Yaitu Lancarnya Pasokan Distribusi Batu Bara Untuk Pembangkit Listrik Yang Melayani Sulawesi Utara, Lancar Dan Terjaminnya Distribusi Gas Subsidi Di Sulawesi Utara Dan Gorontalo Serta Kelancaran Arus Eksport Minyak Kelapa Ke Luar Negeri Guna Menghasilkan Devisa Bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia.