Minggu, 5 Agustus 2018

DIRJEN HUBLA CUACA EKSTRIM, NAKHODA WASPADAI POTENSI GELOMBANG TINGGI 0


Share :
2195 view(s)

JAKARTA (5/8) - Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan, R. Agus H. Purnomo mengingatkan agar Nakhoda kapal dan pihak-pihak terkait lainnya untuk mewaspadai potensi terjadinya gelombang tinggi beberapa hari kedepan sebagaimana informasi cuaca yang dilansir dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pada 2 Agustus 2018 kemarin.


"Cuaca saat ini sedang ekstrim. Demi keselamatan pelayaran, agar Nakhoda memperhatikan faktor cuaca sebelum berangkat, para penumpang tidak memaksakan kapal berangkat bila cuaca ekstrim dan saya minta para Syahbandar tidak menerbitkan Surat Persetujuan Berlayar (SPB) di tengah cuaca ekstrim dengan gelombang tinggi yang dapat membahayakan keselamatan pelayaran," tegas Dirjen Agus di Jakarta hari ini (5/8) menanggapi banyaknya kecelakaan laut yang terjadi dikarenakan faktor cuaca ekstrim dan gelombang tinggi.

Sementara itu, Direktur Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP), Junaidi menyebutkan ada 3 (tiga) kecelakaan laut beberapa waktu lalu yang sempat menjadi sorotan masyarakat karena faktor cuaca ekstrim dan gelombang tinggi.

Kecelakaan laut Perahu KM. Berkah Ilahi I di Perairan Pulau Nggelu Sape, Bima NTB pada hari Minggu (29/7) lalu yang mengangkut 25 ( duapuluh lima) orang dengan rincian 20 orang berhasil diselamatkan, 2 orang meninggal dunia dan 3 orang belum ditemukan.

"Perahu KM. Berkah Ilahi I dengan berat GT 6 berangkat dari Pelabuhan Waikelo, Sumba dengan tujuan Pelabuhan Sape, sekitar 3 jam berlayar tiba-tiba perahu dihantam gelombang tinggi sekitar 4 s.d. 5 meter sehingga perahu tenggelam di perairan Torobabula Timur Sape," terang Junaidi.

Kecelakaan laut yang diduga karena cuaca ekstrim dan gelombang tinggi juga terjadi pada Jumat (3/8) lalu. Kapal Kayu, KM. Bunga Hati 2 dengan GT 27 berjenis kapal motor nelayan tenggelam di sekitar Perairan Pulau Cendikia Indramayu Jawa Barat. Adapun hari ini (5/8) sebanyak 13 orang awak kapal ditemukan selamat dalam kondisi sehat setelah sebelumnya diberitakan hilang.

"Kapal motor nelayan KM. Bunga Hati 2 berangkat dari Pelabuhan Perikanan Karangsong Indramayu tujuan Laut Jawa untuk mencari ikan dengan 13 awak kapal termasuk nakhoda. Diduga karena cuaca buruk, kapal terbalik di perairan Indramayu dengan jarak 67 NM dari Pelabuhan Cirebon.Tim Sar dikerahkan termasuk Kapal Patroli KNP Alugara P-114 dan KN. Clurit P-203 dari PLP Tanjung Priok dan pada hari ini (5/8), 13 awak kapal berhasil dievakuasi oleh kapal MT. Bahari Maju 2 dalam kondisi sehat yang langsung dibawa ke Sampit untuk penanganan lebih lanjut," ujar Junaidi.

Berikutnya adalah kecelakaan laut tenggelamnya kapal KM. Alyssa di Perairan Mentawai Sumatera Barat pada Jumat (3/8) lalu.

Kapal KM. Alyssa dengan GT 99 yang dinakhodai Irwanto Leo membawa 6 orang ABK dan 17 orang penumpang yang seluruhnya berhasil dievakuasi dengan selamat.

Adapun penyebab terjadinya kecelakaan tersebut diduga karena gelombang tinggi dan kuatnya angin sehingga kapal KM. Alyssa tenggelam.

"Pada saat kejadian, kecepatan angin mencapai 25 knot dari Tenggara dan tinggi gelombang sekitar 2 s.d. 4 meter. Kapal berangkat dari Pelabuhan Muara Padang dengan tujuan Pelabuhan Tua Pejat. Di tengah pelayaran, KM. Alyssa merubah tujuan ke Katiet untuk mengantarkan penumpang ke lokasi surfing sehingga kapal tersebut memasuki cuaca buruk yang terjadi saat itu," ujar Junaidi.

Dari 3 kecelakaan laut tersebut, Ditjen Perhubungan Laut mengingatkan agar semua pihak harus bersama-sama mengutamakan keselamatan pelayaran terutama pada kondisi cuaca ekstrim dan gelombang tinggi seperti yang terjadi saat ini.

Direktur KPLP juga meminta pemilik kapal dan nakhoda memastikan alat keselamatan tersedia di atas kapal seperti life jacket.

Adapun berdasarkan rilis BMKG terdapat pola tekanan tinggi di wilayah Perairan Barat Australia, yang dapat memicu terjadinya peningkatan kecepatan angin Timuran
dengan kecepatan 55 km/jam melewati Samudra Hindia Barat Lampung hingga Selatan Jawa, Perairan Selatan Banten hingga Jawa Barat.

Kondisi ini diperkirakan masih terjadi hingga tanggal 05 Agustus 2018 sehingga masyarakat pesisir terutama para nelayan perlu mewaspadai gelombang tinggi. 

“Perlu diperhatikan dampak cuaca ekstrim dan gelombang tinggi terhadap keselamatan pelayaran,” tutup Junaidi.

BMKG merilis gelombang tinggi akan terjadi di Perairan Sabang, Perairan Barat Aceh – Nias, Selat Sunda bagian Selatan, Perairan Selatan P. Sumba – P. Sawu – P. Rote, Selat Sumba bagian Barat, Selat Sape Bagian Selatan, Laut Sawu, Perairan Selatan Kupang perlu diwaspadai terjadi potensi tinggi gelombang 2.5 – 4.0 meter.

Masyarakat dan kapal-kapal dihimbau mewaspadai potensi gelombang tinggi hingga 6.0 meter. Gelombang tinggi 4.0 – 6.0 meter berpeluang terjadi di Perairan Kepulauan Mentawai, Perairan Enggano – Bengkulu, Perairan Barat Lampung, Perairan Selatan Banten – Jawa Timur, Perairan Selatan Bali hingga Sumbawa, Selat Bali – Lombok – Alas Bagian Selatan, Samudera Hindia Barat Mentawai hingga Selatan Pulau Sumbawa.

Sementara itu, tinggi gelombang 1.25 – 2.5 meter berpeluang terjadi di Selat Malaka bagian Utara, Perairan Timur P. Simeulue – Kep. Mentawai, Selat Sunda Bagian Utara, Laut Timor, Perairan Selatan Flores dan Selat Ombai, Laut Natuna Utara, Kep. Anambas – Natuna, Perairan Timur Batam – P. Bintan, Perairan Utara Bangka – Belitung, Laut Natuna dan Selat Karimata, Laut Jawa, Selat Makasar, Perairan Kotabaru, Laut Sulawesi, Perairan Kep. Sangihe – Talaud, Laut Maluku bagian Utara, Perairan Utara Halmahera, dan Samudera Pasifik Utara Halmahera hingga Papua Barat.

Untuk itu, Kementerian Perhubungan mengimbau kepada masyarakat, terutama masyarakat pesisir dan nelayan yang melakukan aktivitas di Pesisir Barat Sumatera, Selatan Jawa, Bali, NTB, NTT, serta wilayah perairan yang memiliki potensi gelombang tinggi, agar tidak memaksakan diri melaut serta tetap waspada dan siaga dalam melakukan aktivitas pelayaran.


  • berita




Footer Hubla Branding