Jumat, 4 Oktober 2019

JADI TUAN RUMAH 12TH COOPERATION FORUM, MENHUB KITA FOKUS PADA KESELAMATAN PELAYARAN DAN PERLINDUNGAN LINGKUNGAN MARITIM


Share :
6485 view(s)

SEMARANG - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan bahwa keselamatan pelayaran dan perlindungan lingkungan maritim sudah seharusnya menjadi perhatian utama, tidak hanya bagi ketiga negara pantai, namun juga seluruh stakeholder dan pengguna Selat Malaka dan Selat Singapura. Menhub menyampaikan hal ini saat membuka pertemuan Cooperation Forum ke-12 yang berlangsung di Hotel PO Semarang (30/9).

“Hari ini kita mengadakan Cooperation Forum yang ke 12, satu kehormatan bagi Indonesia bisa melaksanakan ini bersama Malaysia dan Singapura. Tentu banyak negara yang concern terhadap selat Malaka mengingat selat Malaka sangat penting, oleh karenanya dalam pertemuan ini kita harus fokus terutama berkaitan dengan keselamatan pelayaran dan perlindungan lingkungan maritim,” ujar Menhub.

Cooperation Forum adalah pertemuan tahunan di bawah kerangka Cooperative Mechanism yang dilakukan secara bergiliran oleh tiga negara Pantai secara urutan alfabetikal.

WhatsApp Image 2019-09-30 at 18.10.13 (1).jpeg

Cooperation Forum (CF) memegang peranan penting karena merupakan forum pertemuan pejabat setingkat eselon I/ high level (administrasi maritim) dari  3 (tiga) Negara Pantai/Littoral States (Indonesia, Malaysia dan Singapura) dan Negara Pengguna Selat/User Straits, Asosiasi dan Organisasi Internasional, yang bertujuan untuk meningkatkan dialog dan diskusi mengenai isu-isu yang berkembang di bidang keselamatan pelayaran/ navigasi dan perlindungan lingkungan maritim di Selat Malaka dan Singapura.

Pertemuan Cooperation Forum akan mengidentifikasi dan menyusun prioritas proyek baik dari Negara Pantai, Negara Pengguna Selat, Asosiasi maupun Organisasi Internasional dalam rangka meningkatkan keselamatan pelayaran/navigasi dan perlindungan lingkungan maritim di kawasan Selat Malaka dan Selat Singapura.

Menurut Menhub, karena pentingnya selat Malaka maka harus ada komitmen, oleh karenanya beberapa hari ini akan dilakukan diskusi harapannya adalah adanya suatu rekomendasi-rekomendasi berkaitan dengan bagaimana selat Malaka itu dapat berfungsi dengan baik dan tentunya akan memberikan benefit bagi semua negara dan Indonesia juga akan mendapatkan suatu manfaat. 

“Indonesia secara khusus akan membangun kuala tanjung di sana dan kita juga mempersiapkan pandu-pandu yang profesional oleh karenanya saya harapkan semua pihak memberikan dukungan atas kegiatan-kegiatan ini,” sebut Menhub.

Pada kesempatan yang sama Dirjen Perhubungan Laut Agus R. Purnomo menyebutkan kerja sama ketiga negara selama ini sudah berjalan dengan baik dari segi koordinasi, safety, environment, dan protection. Namun hal ini menurutnya masih harus terus ditingkatkan.

“Alhamdulillah lancar. (Kerja sama ketiga negara) Kita juga punya alat yang begitu canggih. Ke depan ini yang harus kita tingkatkan terus termasuk nanti SDM, safety dan environmentnya kita tingkatkan. Sehingga pelayanan di selat Malaka bisa lebih efisien dan lebih kompetitif ke depan,” jelasnya.

Pertemuan Cooperation Forum akan dilanjutkan dengan 2 Pertemuan lainnya, yaitu Tripartite Technical Expert Working Group (TTEG) dan Project Coordination Committee (PCC) yang dihadiri oleh pejabat setingkat eselon II dari masing-masing Negara Pantai, untuk membahas usulan dan implementasi terhadap proyek-proyek yang telah disampaikan dan disetujui pada pertemuan Cooperation Forum. 

Adapun Cooperative Mechanism dibentuk oleh tiga negara pantai (Indonesia, Malaysia, Singapura) dengan dukungan dari International Maritime Organization (IMO) dengan didasarkan pada kesepakatan Ministerial Meeting di Batam tahun 2005, Jakarta Statement  ‘2005 (Senior Officer Meeting), Kuala Lumpur Statement ‘2006, serta Singapore Statement ‘2007, untuk mengaplikasikan article 43 UNCLOS 1982 yang mendorong peran serta User States dan Stakeholders dalam peningkatan keselamatan & perlindungan lingkungan di Selat Malaka dan Selat Singapura.

Cooperative Mechanism memiliki 3 komponen, yaitu Cooperation Forum (CF) adalah Komponen Coperative Mechanism yang bertujuan untuk meningkatkan dialog dan diskusi mengenai isu-isu yang berkaitan dengan kepentingan di Selat Malaka & Singapura, serta untuk mengidentifikasi dan menyusun prioritas proyek dalam rangka peningkatan keselamatan pelayaran dan perlindungan lingkungan di Selat Malaka & Singapura.

Selanjutnya Project Coordination Committee (PCC) yaitu Komponen Coperative Mechanism yang bertujuan untuk mengkoordinasikan implementasi berbagai kegiatan proyek yang dilaksanakan dalam kerangka Coperative Mechanism.

Terakhir ada Aids to Navigation Fund (ANF) yakni Komponen Cooperative Mechanism yang bertujuan untuk menghimpun kontribusi dari user states dan stakeholder dalam mengelola dan memelihara Sarana Bantu Navigasi Pelayaran di selat Malaka & Singapura. Saat ini, Sekretariat ANF berada di tangan Singapura.

WhatsApp Image 2019-09-30 at 18.10.14.jpeg

Pelaksanaan Cooperation-Forum ke-12 ini akan diikuti oleh Pertemuan Tripartite Technical Expert Group (TTEG) ke-44, dan ditutup dengan Pertemuan Project Coordination Committee (PCC) ke-12. CF ke-12 dipimpin oleh Direktur Jenderal Perhubungan Laut, R. Agus H. Purnomo dan Direktur Kenavigasian, Basar Antonius sebagai Ketua Delegasi Indonesia.

Pertemuan CF ke-12, TTEG ke-44 dan PCC ke-12 ini dihadiri oleh delegasi-delegasi yang berasal dari tiga negara pantai, Indonesia, Malaysia dan Singapura, negara-negara pengguna seperti Jepang, Australia, China, India, Thailand dan United Kingdom, organisasi internasional terkait seperti Malacca Strait Council (MSC), IMO-IPIECA GISEA, INTERTANKO dan BIMCO, serta stakeholders terkait lain seperti Aero Asahi Corporation Japan dan Witherby Publishing UK.(HH/RDL/YSP/HA)

  • berita




Footer Hubla Branding