PAPUA (17/3) - Keberadaan Tol Laut menjadi salah satu penggerak roda perekonomian daerah. Salah satunya di Depapre, Kabupaten Jayapura.
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Laut terus mendorong pemerintah daerah (pemda) dan masyarakat setempat untuk mengoptimalisasikan pemanfaatan muatan balik Tol Laut. Hal inilah yang telah berhasil dilakukan di Depapre.
Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut (Dirlala), Capt Antoni Arif Priadi menyebutkan sejak sandar pertama KM Logistik Nusantara 2 Januari lalu, muatan balik Tol Laut dari Depapre terus mengalami peningkatan.
“Muatan balik trayek T-19 di Papua terus bertumbuh dengan meningkatnya permintaan komoditi lokal, salah satunya membuat lompatan cepat perekenomian daerah di wilayah pesisir Papua khususnya di Depapre Kabupaten Jayapura dan sekitarnya,” kata Dirlala, Rabu (17/3).
Kepala Kantor KSOP Kelas II Jayapura, Taher Laitupa menyebutkan Tol Laut di wilayah Depapre tersebut manfaatnya sangat terlihat dan dirasakan langsung oleh masyarakat sekitar.
Selain mendapat harga barang yang lebih terjangkau, mereka kini mendapat pasar baru untuk menjual produk-produk lokal yang selama ini dihasilkan di daerah tersebut.
“Sangat bermanfaat bagi masyarakat di Tanah Tabi Kabupaten Jayapura, dimana hal ini dapat terlihat nyata pada permintaan Batu Ciping dan Kayu olahan di beberapa daerah Provinsi Papua bahkan sampai ke Pulau Jawa. Pada Voyage ke 3 (tiga) KM. Lognus 2 terus mengalami peningkatan muatan balik dari Vogaye sebelumnya yang hanya 1 Kontainer berisi hasil perikanan pada Voyage 1 kemudian meningkat pada Voyage 2 menjadi 12 Kontainer dengan mengangkut 10 Kontainer Batu Ciping, 1 Kontainer air mineral dan 1 kontainer kopi senang dan meningkat pesat pada Voyage 3 menjadi 14 Kontainer”, ujarnya.
Dengan adanya Tol Laut di Pelabuhan Depapre juga membuat para pelaku usaha lokal terus bertumbuh seiring dengan jalur perdagangan yang mulai terbentuk dengan mengikuti mekanisme pasar lokal dan nasional.
Muatan balik Tol Laut mengangkut 13 Kontainer terdiri dari 12 kontainer berisi Batu Ciping ke Pelabuhan Merauke dan 1 kontainer berisi Batu Ciping ke Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.
Bupati Jayapura Matias Awaitouw mengatakan kehadiran Tol Laut menjadi bukti nyata Program Strategis Nasional di Indonesia hadir khususnya di wilayah 3TP seperti di beberapa wilayah di Timur Indonesia salah satunya seperti di Depapre. “Ini dapat dirasakan oleh masyarakat setempat dengan mengolah dan memproduksi hasil sumber daya alam yaitu batu ciping dan kayu olahan,” jelasnya.
Kepala Dinas Perindagkop Provinsi Papua, Laduani menjelaskan hal ini juga menjadi bagian dari filosofi Ship Follow the Trade dengan melibatkan para pelaku usaha baru untuk menjadi ekosistem baru di sebuah daerah 3TP dalam distribusi logistik khususnya komoditi unggulan daerah untuk sampai ke kabupaten lain sebagai penyangga dan Hinterland di daerah-daerah pegunungan, seperti di Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Intan Jaya dan Kabupaten lainnya.
“Sehingga menjadikan terciptanya Compatibility harga yang kompetitif dengan hasil produksi dari daerah lain di luar Papua dan Governance yang terus terjaga bagi naik turunnya biaya yang akan timbul sehingga tujuannya Tol Laut dapat tercapai menekan disparitas harga,” jelasnya.
Tenaga Ahli Kedeputian V Kantor Staf Presiden, Laus DC Rumayom berharap kehadiran Tol Laut juga diharapkan dapat membuat komiditi unggulan Papua seperti beras, karet, kelapa sawit dan gambir di Kabupaten Merauke, kemudian perikanan di Kabupaten Mimika dan Kabupaten Supiori maupun di Kabupaten Biak Numfor termasuk Batu Ciping dan Kayu olahan di Kabupaten Jayapura dan juga banyak komoditi unggulan lainnya di Papua.
Semua dapat merambah jalur perdagangan internasional ke negara-negara pasifik seperti di PNG, Kepulauan Salomon, Vanuatu, Palau dan negara-negara tetangga lainnya,” tutupnya.