DUMAI (23/1) – Mengingat volume perdangangan Indonesia-Malaysia, khususnya di kawasan Dumai-Malaka lebih besar dibandingkan dengan Bitung-Davao/General Santos, rencana pengoperasian rute baru Kapal Roll-On Roll-Off (RoRo) Dumai-Malaka tentunya sangat potensial dan bermanfaat, khususnya untuk para eksportir di wilayah Dumai.
Demikian disampaikan oleh Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut Capt. Wisnu Handoko saat memimpin pertemuan dengan para stakeholder dan instansi terkait guna membahas tentang penerapan rute kapal Roll-On Roll-off (RoRo) Dumai – Malaka bertempat di Kantor Pelindo I Dumai pada hari ini (23/1).
"Pertemuan ini digelar sebagai tindak lanjut dari Pertemuan Bilateral 2nd Task Force Meeting on Dumai-Malaka RoRo Shipping Service antara Kementerian Perhubungan Republik Indonesia dan Ministry of Transport Malaysia, yang dilaksanakan di Hotel Pangeran, Pekanbaru pada tanggal 6 September 2018 yang lalu," kata Wisnu.
Kerjasama RoRo antar negara ASEAN sendiri, menurut Wisnu, memang menjadi highlight pembahasan pada Pertemuan 24th ASEAN Transport Ministers Meeting yang digelar pada 5-9 November 2018 di Bangkok, Thailand, di mana para pemimpin negara-negara ASEAN berharap kerjasama tersebut dapat segera terwujud. Namun demikian, Wisnu menambahkan, bahwa fakta di lapangan terdapat banyak kendala yang terjadi.
“Dalam kasus RoRo Bitung-Davao/General Santos misalnya, terdapat beberapa hal yang perlu diinventarisir seperti jumlah dan jenis komoditas yang diangkut, serta kesiapan pihak operatornya yang masih kurang,” ungkap Wisnu.
Menurutnya diperlukan persiapan, perencanaan, dan koordinasi yang lebih baik supaya kendala-kendala serupa tidak lagi terjadi pada pelaksanaan RoRo Dumai-Malaka meningat dibukanya rute RoRo Dumai-Malaka ini memiliki potensi untuk meningkatkan perekonomian Indonesia, khususnya wilayah Riau.
Lebih lanjut, Wisnu menyampaikan, bahwa PT. ASDP telah menyiapkan 2 (dua) kapal untuk digunakan pada rute Dumai – Malaka, yaitu KMP. JATRA I dan KMP. JATRA II.
“KMP JATRA I memiliki bobot 3.871 Gross Ton dengan kapasitas 700 orang penumpang dan 50 unit kendaraan. Sedangkan KMP JATRA II memiliki bobot 3.902 Gross Ton dengan kapasitas 527 penumpang dan 54 unit kendaraan,” jelasnya.
Wisnu menambahkan, bahwa dari sisi perhubungan laut bisa dikatakan sudah siap, terminal penumpang sudah beroperasi. Namun demikian, masih terdapat beberapa pending matters dari sisi perhubungan darat seperti standard safety, roda, mesin, dan sebagainya. Selain itu, customs dan komoditi pun harus menjadi perhatian.
Sedangkan dari sisi perhubungan darat, belum dicapai kesepakatan antara Indonesia dan Malaysia terkait spesifikasi teknis truk/kendaraan roda empat yang akan masuk/keluar Pelabuhan dan melintasi wilayah perbatasan kedua negara.
Adapun terkait dengan kendaraan yang keluar masuk, Wisnu menegaskan perlu dilaksanakan koordinasi dengan instansi terkait seperti Dinas Perhubungan, Bea Cukai, dan kepolisian untuk mempersiapkan secara khusus regulasi dan Standard Operasional Prosedur yang akan diberlakukan.
“Untuk itu, masih perlu dilakukan koordinasi yang intensif antara instansi-instansi terkait, baik secara internal di Indonesia, maupun instansi-instansi antara dua negara. Namun, kita berharap rute RoRo Dumai – Malaka dapat diterapkan pada kuartal keempat tahun 2019 ini,” pungkas Wisnu.