Jumat, 4 Januari 2019

TINGKATKAN PELAYANAN, PELABUHAN TANJUNGPINANG BERUPAYA PENUHI KRITERIA PELABUHAN PILOT PROJECT


Share :
3708 view(s)

TANJUNGPINANG (4/1) – Sebagai salah satu Pelabuhan Percontohan (Pilot Project) Peningkatan Pelayanan dan Keselamatan Pelayaran, Pelabuhan Sri Bintan Pura Tanjungpinang terus melakukan upaya pemenuhan kriteria keberhasilan pelabuhan pilot project, di antaranya adalah digitalisasi ticketing penumpang.


Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas II Tanjungpinang Aprianus Hangki menyebutkan, sejak tanggal 10 Desember 2018 lalu, Pelabuhan Tanjungpinang telah melakukan uji coba penggunaan digitalisasi ticketing bekerja sama dengan PT. Pelindo I Cabang Tanjungpinang selaku Badan Usaha Pelabuhan (BUP) dalam hal pengadaan fasilitas perangkat digitalisasi ticketing.

“Untuk tahap uji coba ini, PT. Pelindo I menggunakan perangkat M-Post dimana operator kapal yang melakukan input data penumpang dan sudah berjalan hingga saat ini. Apabila hal ini dianggap berhasil maka akan ditingkatkan dengan menggunakan perangkat M-Kios yang sudah terpasang di Pelabuhan Sri Bintan Pura dengan harapan penumpang dapat memesan dan menginput data sendiri untuk memperoleh ticket keberangkatan kapal,” jelas Hangki.
IMG-20190104-WA0028.jpg
Adapun saat ini perusahaan pelayaran/operator kapal yang sudah menerima distribusi perangkat M-Post dan sudah melaksanakan digitalisasi ticketing adalah PT. Baruna Jaya, PT. Bintan Bestari Shipping, PT. Lestari Indoma Bahari dan PT. Marinatama Gemanusa.

“Dengan pelaksanaan e-ticketing penumpang ini diharapkan penumpang yang berangkat dan naik di atas kapal tercatat dan sesuai manifest kapal,” imbuhnya.

Lebih lanjut Hangki mengatakan, kriteria lain peningkatan keselamatan dan keamanan pelayaran yang harus dipenuhi oleh pelabuhan pilot project ialah dalam hal penanganan barang penumpang, di pelabuhan.

“Saat ini di Pelabuhan Tanjungpinang telah dipasang 2 (dua) unit X-Ray yang disediakan oleh Ditjen Perhubungan Laut sehingga semua barang bawaan penumpang dapat terpantau, termasuk apabila penumpang membawa barang-barang berbahaya yang perlu penanganan khusus harus diberikan tanda atau labeling agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan,” tutur Hangki.
IMG-20190104-WA0031.jpg
Sedangkan untuk pengaturan penumpang, pengantar dan pengunjung agar lebih terib dan teratur saat masuk ke pelabuhan, area pelabuhan akan dibagi menjadi beberapa zonasi, termasuk adanya area terbatas (restricted area) di mana mulai dari gate-in sampai dengan ruang tunggu hanya penumpang yang diperbolehkan masuk,

“Sebenarnya di Pelabuhan Tanjungpinang sudah sejak lama menerapkan area terbatas atau yang dinamakan e-pass (gate-in) sehingga hanya penumpang yang sudah memiliki pass pelabuhan yang bisa masuk ke dalam terminal. Walaupun kami menyadari masih terdapat kelemahan khususnya pada infrastruktur yang ada, namun kita akan terus maksimalkannya sesuai dengan kondisi yang ada,” ujar Hangki.

Proses pemenuhan kriteria untuk menjadi pelabuhan pilot project memang memerlukan waktu dan kerja keras dari seluruh instansi dan stakeholder di Pelabuhan Tanjungpinang. Terlabih lagi karena adanya perubahan sistem pelayanan penumpang dan pemesanan tiket dari manual ke digitalisasi di pelabuhan yang tentu tidak mudah,

“Untuk itu, kami terus melakukan berbagi upaya untuk mengedukasi masyarakat yaitu dengan memasang beberapa spanduk, pembagian selebaran, membuat surat pemberitahuan khusus kepada instansi yang ada di Tanjungpinang, serta mensosialisasikannya saat kami menghadiri rapat-rapat resmi dengan harapan semua instansi mendukung program ini,” tutup Hangki.


  • berita




Footer Hubla Branding