BENOA (9/7) - Kebakaran yang menimpa puluhan kapal ikan yang tengah berlabuh di Dermaga Barat Pelabuhan Benoa, Bali telah berhasil dipadamkan. Sebelumnya, kebakaran kapal ikan tersebut terjadi pada hari ini (9/7) sekitar pukul 02.00 WITA.
"Alhamdulillah berkat kerjasama yang baik dari semua pihak, kobaran api sudah berhasil dipadamkan sekitar pukul 14.15 WITA siang tadi," kata Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Benoa, Capt. Dwiyanto.
Menurut Capt. Dwiyanto, upaya pemadaman melibatkan 11 unit kendaraan pemadam yang terdiri dari 8 unit PMK dari Kodya Denpasar, 2 unit PMK Kabupaten Badung dan 1 unit PMK dari PT Pelindo III.
Proses pemadam kebakaran kapal memakan waktu yang lama karena terdapat 4 unit kapal ikan besar yang diperkirakan memiliki cadangan bahan bakar yang banyak.
"Kapal-kapal itu memiliki persediaan bahan bakar yang cukup banyak. Sehingga ketika terbakar tidak segera habis," kata Capt. Dwi.
Capt. Dwi menuturkan penyebab kebakaran kapal ikan tersebut masih diselidiki oleh pihak berwajib. Adapun jumlah kapal ikan yanf terbakar sebanyak 38 unit, terdiri dari 8 unit kapal aktif/beroperasi dan 30 unit kapal pasif atau tidak operasi.
Kapal-kapal ikan yang terbakar tersebut diantaranya milik PT. Tirta Katulistiwa Farming (TKF) terdiri dari 1 unit kapal yang masih aktif dan 5 unit kapal yang pasif.
Kemudian Capt. Dwi menjelaskan, kapal ikan milik PT. Intimas yang terdiri dari 2 unit aktif dan 5 unit pasif. Selanjutnya kapal milik PT. Bandar Nelayan yang terdiri dari 5 unit aktif dan 20 unit pasif.
"Jadi total kapal terbakar 38 unit. Sebanyak 8 kapal aktif dan 30 kapal lainnya pasif," kata Capt. Dwiyanto.
Capt. Dwiyanto menjelaskan, kapal aktif adalah kapal yang siap berangkat dengan memiliki crew lengkap, perbekalan siap, dab perijinan lengkap. Sedangkan kapal pasif tidak ada crew (hanya penjaga malam), tidak ada perbekalan, dan sedang menunggu perijinan/proses perbaikan.
Menurut Capt. Dwiyanto, Dermaga Barat Pelabuhan Benoa memang dikhususkan untuk berlabuhnya kapal-kapal ikan, baik kapal ikan aktif maupun kapal ikan pasif atau kapal ikan yang sedang menunggu proses perizinan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
"Jadi yang banyak terbakar itu sebetulnya kapal-kapal ikan yang tidak beroperasi atau kapal pasif," kata Capt. Dwiyanto.
Selanjutnya, KSOP Benoa terus melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait, termasuk dengan PT Pelindo III, terutama untuk antisipasi kejadian serupa di kemudian hari seperti penyedian hydrant pemadam kebakaran yang masih dirasa kurang.
"Saat ini hydrant yang terpasang baru untuk persediaan air di atas kapal, belum untuk penanganan kebakaran," tutup Capt. Dwiyanto.