DENPASAR (25/6) - Kementerian Perhubungan cq. Direktorat Jenderal Perhubungan Laut mengapresiasi para pelaut Indonesia yang telah banyak memberikan sumbangsihnya terhadap kelancaran arus distribusi barang yang mendukung perekonomian dunia khususnya Indonesia.
Hal tersebut diungkapkan Direktur Perkapalan dan Kepelautan Ditjen Perhubungan Laut, Dwi Budi Sutrisno dalam rangka peringatan Hari Pelaut Sedunia (Day of the Seafarer) yang dirayakan setiap tanggal 25 Juni.
Dwi Budi menegaskan bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki jumlah pelaut yang terbesar di dunia sudah sepatutnya menghargai dan menghormati jasa para pelaut Indonesia dalam mendukung kelancaran arus barang di Indonesia.
"Indonesia sebagai anggota Dewan IMO (International Maritime Organization) kategori C juga ikut merayakan hari pelaut sedunia bersama negara-negara maritim dunia lainnya. Apalagi Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar dan salah satu negara yang memiliki jumlah pelaut terbesar di dunia sehingga sudah selayaknya jika Pemerintahan Presiden Joko Widodo menetapkan visi kemaritiman yakni mewujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia," ujar Dwi Budi di sela-sela sidang Marine Environment Protection South East Asia (MEPSEA) Seas di Bali hari ini (25/6).
Sebagaimana diketahui, penetapan Hari Pelaut Sedunia setiap tanggal 25 Juni adalah hasil dari kesepakatan akhir sidang IMO tentang Standard Training of Watchkeeping for Seafarers (STCW) 1978 amandemen 2009 pada 21 s.d. 25 Juni 2010 di Manila.
"Sehingga, sejak tahun 2011 di setiap tanggal 25 Juni diperingati sebagai Hari Pelaut Sedunia," terang Dwi Budi.
Sumbangsih para pelaut dunia, termasuk pelaut Indonesia sangat besar terhadap perekonomian dunia. Saat ini hampir 90 % barang-barang yang ada di dunia dibawa dengan menggunakan moda transportasi laut. Transportasi laut akan berjalan lancar apabila para pelaut yang menjalankan kapal-kapal bekerja dengan baik dan secara profesional.
"Karena itulah pelaut memiliki peran yang sangat penting dan strategis sebagai penggerak kelancaran perekonomian nasional dan dunia," ujar Dwi Budi.
Dwi Budi melanjutkan, selain pekerjaan sebagai pelaut adalah pekerjaan yang penuh dengan tantangan dan pengorbanan, ketika bahaya dapat saja mengancam setiap saat, baik oleh perubahan cuaca maupun ancaman perompakan dan perang, pekerjaan sebagai pelaut juga harus rela meninggalkan keluarga untuk waktu yang relatif lama, dan kadang tidak dapat dipastikan waktunya.
"Maka tidaklah berlebihan apabila jerih payah dan pengorbanan para pelaut perlu diapresiasi dengan melakukan perayaan setiap tahunnya. Tujuannya tak lain adalah untuk memberikan dukungan kepada para pelaut yang telah berkontribusi dalam kelancaran distribusi barang ke seluruh dunia serta mendedikasikannya kepada para pelaut dan keluarganya sehingga mereka bangga dengan profesinya sebagai pelaut," ujar Dwi Budi.
Adapun pada tahun 2018 ini IMO memilih tema "Seafarer Wellbeing" yang menyoroti kesejahteraan para pelaut. Untuk itu Dwi Budi berharap agar semua pihak berupaya meningkatkan kesejahteraan pelaut Indonesia menjadi lebih baik.
"Kita sebagai regulator juga terus meningkatkan pelayanan khususnya dalam pelayanan penerbitan dokumen dan sertifikasi bagi para pelaut menjadi lebih baik, cepat dan transparan," jelas Dwi Budi.
Dwi Budi mengatakan meski Hari Pelaut Sedunia baru seumur jagung, tepatnya baru berusia 8 tahun namun hal tersebut harus dirayakan bersama.
Agar peringatan hari pelaut sedunia lebih dikenal oleh masyarakat luas, Kemenhub cq. Ditjen Perhubungan Laut mengimbau agar setiap Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan Ditjen Perhubungan Laut ikut mensosialisasikannya melalui pemasangan spanduk/banner di kantor UPT dan pelabuhan serta ikut mempublikasikannya melalui media sosial.
"Sekali lagi saya ucapkan Selamat Hari Pelaut Sedunia. Semoga seluruh pelaut di dunia dan terutama pelaut Indonesia dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan profesional guna mewujudkan Pelayaran yang Aman, Selamat, Tertib, dan Nyaman (PASTINYA)," tutup Dwi Budi.