GUANGZHOU (29/3) - Indonesia dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) kembali bekerjasama dalam pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang teknologi kemaritiman. Kali ini, Indonesia dan RRT berbagi pengalaman dan pada kesempatan tersebut RRT memperkenalkan teknologi Smart Maritime berbasis teknologi informasi untuk memudahkan kapal berlayar dengan aman dan selamat.
Demikian disampaikan oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Arif Toha di Jakarta hari ini (29/3).
Arif menjelaskan bahwa sebanyak 12 orang pegawai Kementerian Perhubungan yang terdiri dari perwakilan Ditjen Perhubungan Laut dan Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (Pustikom) menjadi peserta yang mewakili Indonesia dalam kegiatan Workshop on the Smart Maritime Management and Services in the Straits of Malacca and Singapore di Guangzhou, Republik Rakyat Tiongkok dari tanggal 25 s.d. 29 Maret 2019.
"Workshop tersebut diikuti oleh 3 Negara Pantai yaitu Indonesia, Malaysia dan Singapura serta Perwakilan dari Republik Rakyat Tiongkok," ujar Arif.
Arif mengatakan bahwa Keselamatan pelayaran menjadi isu yang sangat penting bagi transportasi laut tiga negara pantai yaitu Indonesia, Malaysia dan Singapura.
Lebih jauh, Arif mengatakan bahwa perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat memudahkan pengambilan data yang berguna untuk segala aspek termasuk untuk menjaga dan meningkatkan keselamatan pelayaran termasuk di Selat Malaka dan Selat Singapura.
"Teknologi smart maritime yang diperkenalkan oleh RRT tentunya menarik. Keunggulannya adalah memudahkan Port State Control untuk memantau perkembangan lalu lintas kapal di perairan. Informasi tersebut dapat diakses melalu aplikasi di smartphone. informasi yang dapat diperoleh mulai dari informasi cuaca, arus, tinggi gelombang, jenis kapal, jumlah Anak Buah Kapal, maupun tujuan kapal tersebut. Selain itu, aplikasi tersebut juga dapat berfungsi sebagai command center (emergency) apabila terjadi hal yang tidak terduga di perairan," jelas Arif.
Arif menegaskan untuk bisa membangun smart maritime, dibutuhkan infrastruktur data yang cepat dan dapat menjangkau ke seluruh wilayah Indonesia. Selain itu, data sharing antar instansi juga diperlukan untuk mewujudkan smart maritime di Indonesia.
Sementara itu, salah satu peserta workshop asal Ditjen Perhubungan Laut yang juga menjabat sebagai Kepala Seksi Sistem Informasi Angkutan Laut Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Laut, Ayu Kharizsa, mengatakan bahwa RRT memperkenalkan Smart Maritime yang sudah sukses diterapkan di wilayah perairannya.
"Jadi pembahasan disini isinya tentang pembahasan aplikasi yang sudah di terapkan di RRT dengan teknologi yang sudah sangat baik dan didukung oleh berbagai sektor yang menunjangnya seperti lembaga yang berkomitmen untuk membangun, mengembangkan dan mengoperasikannya serta faktor peraturannya yang juga mendukung terwujudnya integritas aplikasi keselamatan pelayaran di RRT," ujar Ayu.
Ayu mengatakan bahwa 12 orang peserta workshop dari Indonesia sangat antusias dan memanfaatkan kesempatan mengikuti workshop tersebut dengan sebaik-baiknya.
"Workshop on the Smart Maritime Management and Services in the Straits of Malacca and Singapore berakhir hari ini (29/3) dan kami banyak mendapatkan ilmu serta sharing knowledge antara Indonesia dan RRT di bidang keselamatan pelayaran khususnya di Selat Malaka dan Selat Singapura yang tentunya akan bermanfaat bagi perkembangan teknologi kemaritiman di Indonesia," tutup Ayu.
Sebagai informasi, Tiga negara pantai, Indonesia, Malaysia dan Singapura memberikan perhatian pada isu keselamatan pelayaran dan perlindungan lingkungan maritim di Selat Malaka dan Selat Singapura yang selalu dibahas perkembangannya melalui forum Tripartite Technical Expert Group (TTEG) setiap tahunnya.
Melalui forum TTEG tersebut ketiga negara pantai dan dukungan stakeholder memastikan keselamatan, keamanan dan perlindungan lingkungan di Selat Malaka dan Selat Singapura.
Forum ini juga menjadi wadah utama negara pengguna, industri pelayaran, dan pemangku kepentingan terkait lain untuk duduk bersama dan membuka dialog dengan ketiga negara pantai di Selat Malaka dan Selat Singapura yaitu Indonesia, Malaysia dan Singapura.
Forum dibentuk untuk mendorong dialog dan tukar pandangan mengenai isu-isu di Selat Malaka dan Selat Singapura yang bertujuan untuk menampung masukan dari pengguna Selat Malaka dan Selat Singapura secara rutin. Forum ini juga memfasilitasi kerja sama yang lebih nyata antara negara pantai, negara pengguna, industri pelayaran, dan stakeholder lainnya dalam menjaga keselamatan berlayar dan perlindungan lingkungan maritim di salah satu jalur pelayaran internasional tersibuk di dunia tersebut.