BEKASI (4/7) – Pelabuhan Pulau Gag adalah pelabuhan yang berlokasi di sebuah pulau yang terletak di Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat Daya. Pulau ini berbatasan dengan Pulau Gebe, Maluku Utara di sebelah barat lautnya. Pelabuhan Pulau Gag ini juga merupakan salah satu titik masuk utama ke Kepulauan Raja Ampat, yang melayani pelayaran kapal penumpang dan kapal barang yang menghubungkan Kepulauan Raja Ampat dengan pulau-pulau di sekitarnya dan juga daratan utama Papua Barat. Oleh karena itulah, sangat penting untuk memastikan adanya alur pelayaran yang tepat, aman dan efisien di Pelabuhan tersebut.
Demikian disampaikan oleh Direktur Kenavigasian, Capt. Budi Mantoro, pada kegiatan Focus Group Discussion (FGD) Penetapan Alur Pelayaran Masuk Pelabuhan Pulau GAG Waigeo Barat Provinsi Papua Barat yang digelar di Hotel Aston Bekasi pada hari ini, Selasa (4/7).
Capt. Budi mengungkapkan, bahwa sesuai dengan KP 432 Tahun 2017 tentang Rencana Induk Pelabuhan Nasional, Pelabuhan Gag memiliki hierarki sebagai Pelabuhan Pengumpan Lokal (PL). Pelabuhan Pulau Gag ini melayani aktivitas penyeberangan dari dan ke pulau-pulau lain di sekitarnya dengan Rute kapal: Sorong , Pulau Gag , Pulau Gebe , Patani, Weda (PP).
Meskipun tergolong pelabuhan kecil, Capt. Budi menekankan besarnya manfaat Pelabuhan Pulau Gag bagi masyarakat, karena hanya akses laut yang dapat menghubungkan antara Pulau Gag dengan daerah di sekitarnya.
“Pelabuhan Gag memberikan akses ke berbagai tempat menarik di Kepulauan Raja Ampat, seperti Pulau Gam, Pulau Mansuar dan Pulau Arborek. Selain itu, Pelabuhan Gag juga memiliki peran strategis dalam mendukung sektor pariwisata karena memfasilitasi perjalanan wisatawan yang ingin menjelajahi keindahan alam bawah laut Raja Ampat, yang dikenal dengan kekayaan ekosistem yang luar biasa, terumbu karang yang indah, biota laut yang beragam, serta kehidupan bawah laut yang spektakuler sehingga menjadikan Raja Ampat sebagai surga bagi para penyelam dan snorkeler,” terang Capt. Budi.
Pemerintah sendiri, menurut Capt. Budi, telah berupaya untuk mengoptimalkan program konektivitas antar Pulau di wilayah Indonesia Bagian Timur dan menjamin pendistribusian logistic ke daerah Tertinggal, Terpencil, Terluar dan Perbatasan (3TP). Oleh karenanya Pelabuhan Pulau Gag sudah disinggahi oleh Kapal Perintis dengan Pelabuhan Asal dari Sorong.
“Kapal yang melakukan pelayaran menuju ke Pulau Gag, yaitu kapal KMP Arar dengan Jadwal seminggu sekali dan Kapal Perintis KM. Sabuk Nusantara 62 dengan Jadwal 1 bulan sekali,” ungkap Capt. Budi.
Lebih lanjut, Capt. Budi mengatakan, bahwa sejatinya penataan Alur Pelayaran di seluruh wilayah Kepulauan Raja Ampat sudah selayaknya segera dilaksanakan agar dapat memperoleh Alur-Pelayaran yang ideal dan memenuhi berbagai aspek kepentingan keselamatan dan kelancaran bernavigasi, serta kelestarian lingkungan maritim.
“Sudah terjadi beberapa kecelakaan di wilayah perairan Raja Ampat, seperti misalnya kandasnya Kapal Pesiar Aqua Blu pada tahun 2019 yang merusak Kawasan konservasi terumbu karang dan juga kandasnya KM Sabuk Nusantara 62 pada tahun 2021 di Perairan Pulau Gag. Oleh sebab itu, untuk mencegah kejadian semacam itu terulang kembali, perlu dilakukan penetapan Alur-Masuk Pelabuhan Gag, agar dapat diatur tentang Alur-Pelayaran, Sistem Rute, Tata Cara Berlalu lintas dan daerah labuh kapal sesuai kepentigannya,” tukas Capt. Budi.
Capt. Budi menambahkan, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut melalui Distrik Navigasi Tipe A Kelas I Sorong bekerja sama dengan Pushidrosal telah mengadakan survey mandiri untuk Menyusun rencana penetapan Alur Pelayaran masuk Pelabuhan Gag. Berdasarkan hasil survey secara teknis Pelabuhan Gag memiliki alur Panjang 1,512 meter (0,82 Nm), lebar 200 m dan kedalaman 4 s.d 56 mLWS , memiliki jenis dasar laut lumpur dan pasir, serta memiliki arus max menuju Selatan cepat 20 cm/s, dengan pola arus pasang menuju ke Barat dan arus surut menuju ke Timur dengan cepat 10 cm/s.
Pelabuhan Pulau Gag juga memiliki Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) sebanyak 3 (tiga) Unit SBNP milik PT. Gag Nikel yang sudah terpasang dan berfungsi dengan baik, namun demikian memerlukan penambahan 1 (satu) unit SBNP Penanda Pelabuhan Gag. Selain itu, terdapat daerah kewaspadaan di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Gag berupa aktifitas Kapal-Kapal Tug Boat dan Tongkang di Jetty milik PT. Gag Nikel, yang berhadapan langsung dengan Alur-Pelayaran Pelabuhan Gag, sehinggga perlu di lakukan pengawasan agar tidak terjadi kecelakaan kapal.
“Berdasarkan hasil survey, sistem rute yang direkomendasikan pada Alur-Pelayaran Pelabuhan Gag adalah Rute Satu Arah (One Way Route) dikarenakan jarak antara Jetty Gambir milik PT. Gag Nikel dan Pelabuhan Gag hanya sekitar ± 240 Meter dengan menggunakan Alur-Pelayaran yang sama. Selain itu, perlu adanya masukan dan saran dari KUPP Kelas II Raja Ampat, PT. Gag Nikel, Loka PSPL Sorong dan instansi lainnya terkait area berlabuh dengan menggunakan jangkar kapal karena Pulau Gag Masuk Ke dalam Zona Area Tamban,” jelas Capt. Budi.
Capt Budi berharap, dengan ditetapkannya Alur Pelayaran Pelabuhan Gag, tidak hanya dapat menjamin keselamatan kapal pada Alur Pelayaran Masuk Pelabuhan Gag sehingga kelancaran traffic dapat meningkat, namun juga dapat menjaga kelestarian lingkungan maritim di sepanjang perairan Alur Pelayaran, mendukung para pengguna jasa maritim berupa PLI (Kertas/Elektronik) serta produk Nautika Pushidrosal, meningkatkan intensitas, efektifitas dan konektivitas Pelayaran serta Kelancaran arus barang dan penumpang, serta mempertegas pemanfaatan tata ruang laut sehingga pengelolaan dan pemanfaatan ruang laut menjadi selaras.
“Dengan demikian tentunya Pelabuhan Gag dapat berfungsi sebagai pintu gerbang pertumbuhan ekonomi daerah dan kesejahteraan masyarakat di Wilayah sekitarnya,” tukas Capt. Budi.
Untuk itulah, Capt. Budi berharap melalui Kegiatan FGD ini, para Ahli, Pemangku Kepentingan, dan Pakar Maritim dapat berbagi pengetahuan, pengalaman, serta pandangan mengenai rencana penetapan Alur Pelayaran Masuk Pelabuhan Gag Waigeo.
“Marilah kita berkomitmen untuk mencari solusi terbaik yang mampu mengakomodasi berbagai kepentingan, mulai dari kepentingan ekonomi, lingkungan, keamanan, hingga efisiensi operasional Pelabuhan. Kita harus memastikan bahwa penetapan Alur Pelayaran masuk Pelabuhan Gag ini tidak hanya memenuhi kebutuhan saat ini, tetapi juga dapat menghadapi tantangan masa depan yang mungkin kita hadapi,” tutup Capt. Budi.
Sebagai informasi, FGD kali ini menghadirkan para narasumber dari Direktorat Kenavigasian, Direktorat Kepelabuhanan, Distrik Navigasi Tipe A Kelas I Sorong, serta Pushidrosal. Adapun para peserta FGD berasal perwakilan dari Pushidrosal, Kemenko Marves, KKP dan BIG, perwakilan dari Direktorat dan Bagian di lingkungan Ditjen Perhubungan Laut, Kepala Distrik Navigasi Tipe A dan Tipe B di seluruh Indonesia, Kantor UPP Kelas II Raja Ampat, Ketua STIP Jakarta, Direktur Politeknik Pelayaran Banten, Komandan Pushidrosal, Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Papua Barat dan Kabupaten Raja Ampat, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Papua Barat dan Kabupaten Raja Ampat, Kepala Loka PSPL Sorong, Direktur PT. ASDP Cabang Sorong, serta Direktur PT. GAG Nikel, baik secara luring maupun daring. (MYN/MM/BOH)