(Bali), Direktorat Jenderal Perhubungan Laut bekerja sama dengan IMO Norad menyelenggarakan The Final Regional Meeting of IMO-Norad Project on Ratification and Implementation of IMO Instruments for Marine Environment Protection, pada tanggal 9 s.d 11 November 2016 bertempat di Hotel Ramada Bintang Bali. Acara ini dibuka oleh Direktur Jenderal Perhubungan Laut, Ir. A. Tonny Budiono, MM yang diwakili oleh Direktur Perkapalan dan Kepelautan, Capt. Rudiana,MM dan dihadiri oleh perwakilan beberapa Negara seperti Indonesia, Malaysia, Filipina,. Thailand, Kamboja, Vietnam, Perwakilan IMO Norad dan Konsultan IMO Norad.
IMO-NORAD Project merupakan salah satu program International Maritime Organization (IMO) yang memberikan bantuan bagi negara-negara di Asia Timur untuk mempercepat ratifikasi Konvensi International Maritime Organization (IMO) di bidang lingkungan maritim.
Sebagai bentuk pelaksanaan IMO Norad Project tersebut serta sebagai bentuk nyata komitmen Indonesia untuk melakukan perlindungan terhadap lingkungan laut tersebut, maka Indonesia telah meratifikasi salah satu konvensi internasional yaitu konvensi Ballast Water Management (BWM). Konvensi Ballast Water Management (BWM) merupakan salah satu Konvensi IMO di bidang perlindungan lingkungan maritim yang bertujuan untuk mencegah penyebaran spesies air yang berbahaya yang berasal dari air ballas di dalam kapal. Konvensi BWM mempersyaratkan kapal-kapal harus memiliki prosedur yang tepat dalam mengelola air ballas.
“Saat ini sudah 48 negara yang telah meratifikasi konvesi BWM. Dengan meratifikasi konvensi BMW tersebut, maka Indonesia menjadi salah satu negara yang membuat Konvensi BMW ini bisa berlaku secara penuh (full entry into force), terhitung 8 September 2017," ujar Tonny Budiono.
Ratifikasi oleh Indonesia terhadap konvensi tersebut merupakan bentuk kerjasama antara Indonesia dengan IMO dalam kerangka IMO-NORAD Project (the Norwegian Agency for Development Cooperation) serta dukungan dari proyek Globallast.
Ballast water adalah air yang digunakan oleh kapal pada saat muatan kosong atau setengah terisi sebagai pemberat untuk menjaga stabilitas, keseimbangan kapal. Diperkirakan terdapat ribuan jenis spesies didalam ballast water yang dibawa kapal, seperti bakteri ubur-ubur, larva, dan telur hewan, serta bentuk planktonik hewan-hewan yang berukuran lebih besar. Hewan berukuran kecil ini umumnya mati selama perjalanan akibat proses ballast dan lingkungan dalam tangki ballast. Namun demikian, ada juga spesies yang bertahan dan berhasil lolos pada saat pembuangan air ke laut. Hal tersebut dapat membahayakan kehidupan lingkungan laut, mengubah ekosistem laut dan mengganggu kesinambungan pemanfaatan sumber daya pantai.
Selain itu, kegiatan lain sebagai pelaksanaan dari IMO Norad Project, adalah bantuan untuk program Particuculary Sensitive Sea Areas (PSSAs), yaitu suatu mekanisme yang dapat digunakan oleh negara pantai untuk melindungi kawasan laut dari dampak negatif yang diakibatkan aktifitas pelayaran internasional. Tindakan perlindungan untuk wilayah PSSAs dapat dilakukan melalui penetapan antara lain mandatory reporting for tanker carrying heavy grades of fuel oil, traffic separation schemes, areas to be avoided, no anchoring area, discharge prohibit tions for special area, pilotage regimes dan penggunaan existing IMO measures lainnya.
Sebagai tindaklanjut dari IMO/Norad Project on PSSAs serta penerima bantuan untuk program Particuculary Sensitive Sea Areas (PSSAs), Indonesia telah menyelenggarakan The Third Regional Meeting pada tanggal 27 s.d. 28 Juli 2016 bertempat di The Santosa Villas & Resort Lombok Senggigi, Lombok barat, Nusa Tenggara Barat. Acara meeting ini dihadiri oleh 4 (empat) Negara penerima bantuan (Indonesia, Filipina, Malaysia, dan Vietnam), perwakilan IMO, IALA, Singapura dan Brunei Darussalam sebagai observers serta Lead Consulant Project, Mr. Paul Nelson.
Sebelumnya, IMO-Norad telah melaksanakan the First Regional Meeting pada bulan Juli 2014 di Manila, Filipina yang menyepakati time frame penetapan PSSA dan the Second Regional Meeting bulan Juni 2015 di Hanoi, Vietnam, hadir dalam meeting tersebut perwakilan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dari pihak Indonesia dan IMO-NORAD mengadakan pertemuan dengan hasil sebagai berikut:
1. Indonesia akan melaksanakan National Workshop untuk membahas lokasi PSSA dengan mempertimbangkan frekuensi lalu lintas kapal dan lokasi pengembangan pelabuhan untuk tol laut dan dilanjutkan dengan Regional Meeting pada tahun 2016;
2. Mengusulkan lokasi yang potensial sebagai daerah PSSA di Indonesia adalah Kepulauan Seribu, Pulau Karimun Jawa, dan Gili Trewangan di Selat Lombok.
Selanjutnya terkait dengan pelaksanaan IMO Norad Project, maka pertemuan kali ini merupakan rangkaian penutup untuk semua kegiatan kerjasama antara Indonesia dengan IMO dalam kerangka IMO-NORAD Project (the Norwegian Agency for Development Cooperation) serta dukungan dari proyek Globallast.
"Untuk itu, saya menyampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih kepada semua yang terkait yang telah bekerja keras mensukseskan project ini. Kita semua berharap kegiatan Final Regional Meeting of IMO-Norad Project on Ratification and Implementation of IMO Instruments for Marine Environment Protection akan bermanfaat bagi perlindungan lingkungan laut atau maritim di seluruh wilayah perairan Indonesia," tutup Tonny.