Menara Suar merupakan salah satu alat
navigasi tertua yang hingga saat ini masih dimanfaatkan oleh berbagai
negara di dunia, termasuk Indonesia untuk menjaga keselamatan dan
keamanan pelayaran.
Menara Suar memiliki sejarah panjang, meskipun di era modern seperti
sekarang ini alat-alat navigasi pelayaran telah berkembang mengikuti
perkembangan zaman, tetapi eksistensi Menara Suar sebagai Sarana Bantu
Navigasi Pelayaran (SBNP) tetap tidak bisa tergantikan.
Direktur Jenderal Perhubungan Laut
Kementerian Perhubungan (Dirjen Hubla Kemenhub), A. Tonny Budiono
mengungkapkan bahwa guna mewujudkan keselamatan dan keamanan pelayaran
di perairan Indonesia, pelaksanaan fungsi kenavigasian memiliki peranan
yang sangat strategis, sehingga diperlukan Sarana Bantu Navigasi
Pelayaran (SBNP) yang handal, salah satunya adalah menara suar.
“Saat ini jumlah menara suar di seluruh
Indonesia ada 283 unit, yang keberadaannya sangat signifikan dalam
mendukung keselamatan dan keamanan pelayaran, khususnya di pulau-pulau
terluar dan terpencil” kata Tonny Budiono, di Jakarta, beberapa waktu
lalu.
Selain itu, lanjut Tonny Budiono,
berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Pulau-Pulau Kecil Terluar, saat ini telah ditetapkan 92 (sembilan puluh
dua) Pulau-pulau Kecil Terluar (PPKT) yang berbatasan langsung dengan
negara tetangga ataupun lautan lepas, salah satunya adalah Pulau
Enggano.
“Pulau Enggano merupakan salah satu
pulau terluar yang merupakan kawasan maritim yang berada di jalur
samudera sebagai lintasan kapal-kapal asing sejak dulu,” ungkap Tonny.
Di Pulau Enggano, lanjut Tonny, terdapat
sebuah Menara Suar yang terletak di Desa Malakoni Kecamatan Enggano,
Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu. Menara suar yang dibangun
pada tahun 1983 ini berjarak ± 93 Nautical Mile dari Pelabuhan
Bengkulu dan memiliki tinggi bangunan 40 meter. Menara suar ini juga
memiliki fasilitas seperti rumah petugas penjaga menara suar, rumah
generator, dan gudang penyimpanan logistik.
Menurut Tonny, Menara Suar ini memiliki
lampu suar utama yang sumber listriknya berasal dari mesin generator dan
juga lampu suar cadangan (dalam keadaan emergency/darurat) menggunakan solar cell/sumber matahari.
“Menara Suar Pulau Enggano beroperasi di
bawah lingkup kerja Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Kementerian
Perhubungan dan masuk dalam pengawasan Distrik Navigasi Kelas I Tanjung
Priok,” kata Tonny menambahkan.
Lebih lanjut Dirjen Hubla Kemenhub
menjelaskan, fungsi Menara Suar Pulau Enggano, selain sebagai penandaan
suatu daratan juga membantu para nakhoda kapal dalam menentukan arah dan
posisi kapalnya, baik pada malam hari maupun siang hari saat berlayar,
terutama bagi kapal yang melintas di perairan Pulau Enggano (perairan
Samudera Hindia).
Adapun spesifikasi teknis Menara Suar ini sebagai berikut :
Lokasi : Pulau Enggano (Perairan Samudera Hindia)
Nomor DSI : 2478
Posisi WGS “84” : 06˚21’00.00” LS / 102 ˚17’23.00” BT
Konstruksi Bangunan : Baja Terbuka/Labrang Siku
Tahun Pembuatan : 1983
Karakteristik Cahaya : Fl (4) W 20 s EG (Fl.0.5 – Ecl.2.0) (3x) (Fl.0.5 – Ecl. 12.0)
Jenis Lampu : Simplex & APRB-252
Tinggi Bangunan : 40 Meter
Jarak Tampak : 20 NM
Elevasi : 45 Meter .
Dalam pengoperasiannya sehari-hari,
menurut Dirjen, menara suar Pulau Enggano dijaga oleh petugas penjaga
Menara Suar dan teknisi Menara Suar yang berjumlah 2 (dua) orang. Ia
mengingatkan, setiap pekerjaan pasti ada risikonya masing-masing. Bagi
mereka risiko terbesarnya adalah jauh dari keluarga dan kerabat.
“Terkadang, mereka hanya bertemankan
angin dan suara ombak yang menjadi sahabat sejati bagi mereka. Kesedihan
lain biasanya akan datang ketika Hari Raya tiba. Banyak penjaga menara
suar yang tidak bisa pulang ke kampung halamannya karena harus tetap
bertugas menjaga dan memastikan bahwa kapal-kapal dapat berlayar dengan
selamat,” ungkap Tonny.
Seiring dengan perjalanan cerita suka
duka mereka, lanjut Tonny, harus diakui bahwa penjaga menara suar adalah
“Pahlawan di tengah lautan”. Tugas mereka sungguh berat dan mulia,
sebagai penjaga penunjuk arah dan lalu lintas laut, apalagi jika di
tugaskan di pulau terluar dan terpencil di tengah-tengah lautan bebas,
seperti di Pulau Enggano ini.
“Untuk itu, sebagai bentuk apresiasi dan
penghargaan bagi profesi mereka, Kementerian Perhubungan telah menaikan
tunjangan yang cukup tinggi bagi penjaga menara suar sehingga pada
akhirnya dapat meningkatkan tingkat kesejahteraan mereka,” ungkap Dirjen
Perhubungan Laut.
Pelayaran Perintis
Selain membangun fasilitas SBNP, menurut Dirjen Hubla Kemenhub
Tonny Budiono, pemerintah juga telah menempatkan pelayaran perintis di
Pulau Enggano untuk melayani mobilisasi masyarakat sekitar dengan rute
trayek dari Pelabuhan Bengkulu – Enggano – Bengkulu – Enggano – Linau –
Enggano – Bengkulu – Sinakak – Sikakap – Muko Muko – Sikakap – Sinakak –
Bengkulu.
Lebih dari itu, lanjut Dirjen,
pembangunan kapal perintis ini dilakukan dalam rangka mendukung program
tol laut yang dicanangkan oleh Pemerintah Joko Widodo – Jusuf Kalla guna
mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional dan menjamin konektivitas
antarpulau di daerah terluar dan terpencil.
“Dengan hadirnya pelayaran perintis
tersebut, maka akan mempermudah aksesibilitas masyarakat di Pulau
Enggano menuju pulau-pulau lain di wilayah sekitarnya, sehingga akan
semakin memperkuat konektivitas wilayah Nusantara” pungkas Tonny Budiono