Kamis, 27 September 2018

PENJAGA MENARA SUAR, PAHLAWAN KESELAMATAN PELAYARAN TANPA PAMRIH 27/09/


Share :
20141 view(s)

Menjadi seorang Aparatur Sipil Negara (ASN)  merupakan pekerjaan yang diimpikan oleh Slamet Riyadi,  seorangTeknisi Menara Suar (TMS) dan Penjaga Menara Suar (Mensu) Cimiring, Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah.

Jangan membayangkan pekerjaan ASN itu mudah sebelum mengalami sendiri apa yang telah dilakukan Slamet Riyadi dalam menjaga keselamatan pelayaran dengan bertugas sebagai penjaga Menara Suar yang setiap hari menyalakan lampu menara suar yang membantu kapal-kapal yang berlayar.

Slamet menjadi penjaga menara suar sejak tahun 1984, setelah lulus STM. Saat itu, ia bergabung di Distrik Navigasi yang resikonya harus siap ditugaskan dimanapun. Awalnya di Sabang, Aceh. “Baru tahun 2007, dipindah ke Disnav Kelas III Cilacap, Jawa Tengah,” kata Slamet.

Menurutnya, banyak suka dan duka selama menjadi penjaga menara suar, termasuk Mensu Cimiring. Yang pasti, lokasi menara suar rata-rata di daerah terpencil, seperti pulau terluar Indonesia, seperti di laut Andaman Aceh.
IMG-20180927-WA0127.jpg
Untuk mencapai Menara Suara Cimiring, harus berjalan kaki selama satu jam lebih, dengan mendaki jalanan terjal dan berliku. Jalannya berbatu-batu, kadang tanah gembur usai diguyur hujan. Selain itu, hutan tropis Nusakambangan yang masih dihuni binatang buas seperti harimau Kumbang menjadi tantangan tersendiri. 

Bahan makanan, solar dan kebutuhan lain disiapkan dan diikat dengan kuat. Tak ketinggalan bekatul untuk makanan kuda sebagai pendukung operasional menuju ke tempat tugas di Menara suar Cimiring. Semua kebutuhan personal penjaga mensu, peralatan teknis mensu siap dibawa. 

Kerja jauh dari keluarga bahkan jauh dari pemukiman warga memang berat. Semua dilakukan sendiri, mulai urusan rumah tangga masak, mencuci, belanja kebutuhan makan dan lainnya. Semua itu belum termasuk tugas pokok sebagai teknisi dan penjaga menara suar. Yang pasti, butuh kerja keras dan kerja ikhlas. 

Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) sekarang, menurut Slamet menjadi penjaga menara suar tetap bisa berkomunikasi dengan kantor dan keluarga di rumah.

Kondisi sedih yang pernah dialami,  saat ada keluarga terutama sedang anak sakit. “Kita sedih banget. Tapi, apa boleh buat, tugas menjaga menara suar tak bisa ditinggalkan. Bahkan, saat istri melahirkan pun tak semua bisa menunggu atau sedang tidak jaga di menara suar. Karena harus tiga bulan di sini,” ujar Slamet.

Di Hari Maritim Dunia 2018 yang jatuh pada hari ini (27/9), tentunya kisah Slamet Riyadi sebagai penjaga menara suar ikut menjadi semangat bagi Indonesia bagaimana ada petugas yang terus fokus pada keselamatan pelayaran. Terima kasih, Pak Slamet atas dedikasinya dalam menunaikan tugas menjags keselamatan pelayaran. Selamat Hari Maritim Dunia 2018.

#Asninspiratif #asninspiratif2018 #kemenpanrb #kemenhub


  • berita




Footer Hubla Branding