Rabu, 31 Agustus 2022

DIRJEN HUBLA TEGASKAN KOMITMEN WUJUDKAN KESELAMATAN PELAYARAN DI FORUM INTERNATIONAL SAFETY AT SEA CONFERENCE


Share :
4807 view(s)

 

JAKARTA (31/8) – Turut bicara sebagai panelis pada gelar International Safety@Sea Conference yang digelar oleh Maritime and Port Authority of Singapore (MPA) sejak 29 Agustus sampai 2 September 2022 mendatang, Direktur Jenderal Perhubungan Laut, Arif Toha menegaskan komitmen Indonesia dalam menjaga dan mewujudkan keselamatan pelayaran.

 

“Menyuplik jargon konferensi ini, keselamatan dimulai dari diri sendiri, benar keselamatan dimulai dari kita semua, dimulai dengan kolaborasi yang baik (antar negara),” tegas Dirjen Arif saat berbicara pada Opening Session Konferensi tersebut secara virtual pada, Selasa (30/8).

 

Pada kesempatan tersebut, Dirjen Arif juga mengemukakan dampak signifikan yang disebabkan oleh Pandemi Covid-19 terhadap aspek keselamatan transportasi laut, khususnya bagi Pelaut yang merupakan faktor kunci kelaiklautan kapal. Menurut Arif, pembatasan dalam proses penggantian kru yang terjadi pada masa Pandemi, menyebabkan Pelaut yang terdampar mengalami kelelahan yang berlebihan.

 

“Repatriasi atau pergantian awak kapal menjadi prioritas utama bagi Indonesia. Kami (pihak yang berwenang) menerapkan Langkah-langkah yang relevan untuk memungkinkan para Pelaut yang terdampar dapat dipulangkan dan digantikan oleh Pelaut lain. Kami juga memastikan akses Pelaut untuk mendapatkan perawatan medis dan kebutuhan mendesak lainnya,” terang Dirjen Arif.

 

Arif mengungkapkan, bahwa tahun 2021 Indonesia menyediakan 11 (sebelas) Pelabuhan di Indonesia untuk kegiatan repatriasi, yaitu Pelabuhan Belawan, Tanjung Balai Karimun, Batam, Merak, Tanjung Priok, Tanjung Perak, Makassar, Bitung, Ambon, Benoa, dan Sorong. Jumlah ini, lanjutnya meningkat pada tahun 2022, di mana tahun ini semua Pelabuhan dapat digunakan untuk proses pergantian dan pemulangan awak kapal.

 

“Sejak Januari 2021 hingga Mei 2022, Indonesia telah membantu proses pergantian dan pemulangan lebih dari 5.600 orang Pelaut,” ungkapnya.

 

Arif menekankan bahwa Indonesia selalu mengikuti peratoran yang ditetapkan dan protokol Kesehatan World Health Organization (WHO) dalam hal pemberian bantuan medis dan penanganan kegiatan pergantian awak kapal, baik bagi awak kapal WNI maupun WNA.

 

Arif menambahkan, pihaknya juga mengeluarkan beberapa aturan khusus selama Pandemi, antara lain adalah Surat Edaran No. 11 Tahun 2020 tentang Rencana Kontijensi Pelaut dan Pemilik Kapal/Operator Akibat Covid-19 untuk mengatasi isu terkait masa berlaku Dokumen Pelaut. Lebih lanjut, ada juga Surat Edaran No.13 Tahun 2020 tentang Pembatasan Penumpang Pelayanan Kapal, Angkutan, dan Pelabuhan dalam Keadaan Darurat Penaggulangan Bencana Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).

 

“Kami terus mengupdate dan mengkomunikasikan aturan-aturan ini dengan IMO, sehingga masyarakat maritim dapat mengetahui tentang aturan tersebut. Yang terbaru, kami juga mengeluarkan Surat Edaran Nomor 83 Tahun 2022 tentang Pedoman Perjalanan Dalam Negeri Orang Menggunakan Moda Transportasi Laut Selama Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) yang diterbitkan pada tanggal 26 Agustus ini,” jelasnya.

 

Pada kesempatan tersebut, Dirjen Arif juga menyoroti bagaimana elemen manusia seperti pasokan awak kapal, pelatihan, Kesehatan dan kesejahteraan menjadi faktor yang paling penting pada masa Pandemi Covid-19. 

 

Arif beranggapan, sejak dulu faktor manusia sudah menjadi faktor yang sangat besar peranan dan pengaruhnya terhadap aspek keselamatan di laut, di mana banyak unsur yang harus dipenuhi dengan baik seperti penyediaan awak kapal yang harus dipastikan tersedia dengan kualifikasi dan pelatihan yang memadai, kesehagan yang baik, serta kondisi mental dan kesejahteraan yang baik. Hal ini menurutnya penting untuk memastikan setiap awak kapal dapat menjalankan tugas dengan maksimal di atas kapal.

 

Namun demikian, Pandemi Covid-19 memunculkan beberapa tantangan baru yang harus dihadapi, seperti misalnya berkurangnya ketersediaan anggota awak kapal karena terbatasnya lokasi pergantian awak dan pembatasan perjalanan antar negara, terbatanya Pendidikan dan Pelatuhan bagi Pelaut dan awak kapal karena situasi pandemi yang tidak memungkinkan pertemuan fisik sedangkan pengajaran jarak jauh masih belum familiar, serta aturan ketat seperti karantina selama jangka waktu tertentu untuk memastikan awak kapal yang akan naik dan turun kapal dalam keadaan sehat.

 

“Pelaut merupakan pekerja kunci dalam pelayaraan sehingga penting bagi sektor Industri untuk membuat pengaturan yang fleksibel pada struktur manajemen kapal yang ada. Terlebih lagi, selama beberapa tahun terakhir, Pelaut telah menghadapi keadaan luar biasa dan perlu didukung dan dijadikan prioritas baik saat ini maupun di masa depan,” tegas Dirjen Arif. 

 

Dirjen Arif menjelaskan salah satu upaya untuk menghadapi tantangan yang ada, antara lain dengan menyelenggarakan program vaksinasi Covid-19 gratis pada tahun 2021 untuk mendukung kegiatan pelayanan kepelabuhanan dan angkutan laut, baik logistik maupun penumpang untuk memberikan perlindungan dari risiko penyebaran Covid-19.

 

“Kegiatan vaksinasi ini diprioritaskan untuk Pelaut, Pekerja Bongkar Muat/Buruh Bongkar Muat (TKBM), pengemudi truk, penumpang kapal, pekerja Pelabuhan, serta masyarakat di sekitar Pelabuhan,” terang Arif.

 

Lebih lanjut, Dirjen Arif juga mendorong sektor pelayaran untuk meningkatkan pemanfaatan teknologi untuk dapat membuat perubahan bertahap guna meningkatkan kehidupan di laut bagi Para Pelaut, misalnya dengan meningkatkan digitalisasi dan mempercepat pelayanan di Pelabuhan.

 

Koneksi yang lebih baik dan akses ke WIFI on board menurut Arif juga sangat penting untuk ditingkatkan karena dapat membantu para Pelaut untuk merasa terhubung saat mereka berada di laut untuk jangka waktu yang lama sehingga tidak merasa kesepian. Koneksi ini juga membantu dalam penyediaan akses ke modul e-learning bagi Para Pelaut.

 

Dirjen Arif beranggapan, gaya hidup saat berada di atas kapal merupakan faktor yang berkontribusi terhadap kesejahteraan Pelaut. Oleh karenanya, makanan bergizi serta memiliki tenaga kerja yang positif dan terhubung dapat mendukung terciptanya kebahagiaan yang lebih besar di laut.

 

“Digitalisasi sudah terjadi di seluruh Industri, untuk itu kita harus siap untuk mendukung para Pelaut yang tentunya perlu dilatih untuk menggunakan teknologi baru ini, serta menganalisis dan meninjau data-data yang tersedia. Selain itu diperlukan orang-orang berpengalaman dan berbakat, yang akan tetap menjadi pusat dari kemajuan Industri yang aman dan efektif, sehingga penting bagi industry pelayaran untuk membangun platform e-learning dan prosedur pelatuhan yang baru untuk mendukung perubahan yang terjadi dalam industry,” tutup Dirjen Arif. 

 

Sebagai informasi, International Safety@Sea Conference 2022 diselenggarakan oleh MPA Singapore tanggal 29 Agustus s.d 2 September 2022. Konferensi ini adalah edisi ke-9 dari platform tahunan yang diselenggarakan bagi anggota komunitas maritime internasional dan praktisi-praktisi top dunia untuk berbagi pengalaman dan praktik terbaik, serta mendiskusikan tantangan dan peluang baru bagi keselamatan pelayaran. Adapun tema yang diangkat pada Konferensi tahun ini adalah “Riding the Waves for Maritime Safety”.

 

International Safety@Conference dibuka oleh Senior Minister of State Ministry of Finance & Ministry of Transport Singapore, Mr. Chee Hong Tat dan menghadirkan para perwakilan 3 (tiga) administrasi maritim untuk Selat Malaka dan Singapura serta stakeholder terkait sebagai panelis, antara lain Chief Executive MPA Singapore, Ms Quah Ley Hoon, Direktur Jenderal Perhubungan Laut, Arif Toha, Director General Marine Department Malaysia, Dato’ Hj Baharin bin Dato’ Abdul Hamid, The Nautical Institute President, Capt. Andre L LeGoubin, Vice Chair International Chamber of Shipping Ms Caroline Yang, serta Vice President Head of Environmental Claims Gard AS, Mr. Andreas Brachel. Turut hadir pada kegiatan tersebut Atase Perhubungan RI untuk Singapura, Capt. Diaz Saputra.

  • berita




Footer Hubla Branding